TEORI BELAJAR MENGAJAR
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
"
"
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI 1 NUSA PENIDA BALI
BAB
I
PENDAHULUAN
Mata
Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama.Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang
disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan
penalaran deduktif (Sutawijaya, 1997 : 176). Matematika berkenaan dengan ide
(gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis
sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, (Hudoyo,
1990:3).Sebagai guru matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar
matematika utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan
pengetahuan prosedural.
Salah
satu untuk dapat memahami konsep-konsep dan prosedural, guru perlu
mengetahui berbagai teori belajar matematika, unsur pokok dalam pembelajaran
matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja
dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran,siswa sebagai pelaksanaan kegiatan
belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini
sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.
Dalam
makalah ini penulis menjelaskan teori
belajar dari para ahli yakni Teori Belajar Bruner kemudian bagaimana
penerapannya dalam pembelajaran matematika, sehingga asumsi dari siswa bahwa
mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling sulit sedikit akan
terkikis dengan digunakan teori – teori belajar yang tepat.
BAB II
TEORI BELAJAR MENGAJAR MENURUT JEROME S.
BRUNER
A.
Biografi J. S. Bruner
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner
seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah
mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar
pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner
banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana
manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan.
Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan
pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang
diberikan kepada dirinya.
B. Proses Belajar Mengajar Menurut Jerome
S. Bruner
Pendirian
yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata
pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara
intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya
ini didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang
perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan hal itu, antara lain:
a. Perkembangan intelektual anak
Menurut
penelitian J. Piaget,
perkembangan intelektual anak dapat dibagi menjadi tiga taraf.
1. Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra sekolah,
jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat
mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan
realitas dunia luar. Karena itu ia belum dapat memahami dasar matematikan dan
fisika yang fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berunah bila bentuknya
berubah. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu
kepada anak sangat terbatas.
2. Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu “internalized”,
artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan
percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam
pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan
masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan
masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum
pernah dialami sebelumnya.
3. Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup
beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa
yang berlangsung dihadapinya sebelumnya.[1]
b. Tahap-tahap dalam proses belajar mengajar
Menurut Bruner,
dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
1. Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa
yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang
dipelajari.
2. Tahap transformasi (tahap pengubahan
materi)
Dalam tahap ini, informasi
yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi
bentuk yang abstrakatau konseptual.
3. Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang
siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan
tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi.[2]
c. Kurikulum spiral
J. S. Bruner dalam
belajar matematika menekankan pendekatan dengan bentuk spiral. Pendekatan
spiral dalam belajar mengajar matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai
dengan benda kongkrit secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih
tinggi (sesuai dengan kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang
abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika.
Penggunaan konsep Bruner dimulai dari cara intuitif keanalisis dari eksplorasi kepenguasaan.
Misalnya, jika ingin menunjukkan angka 3 (tiga) supaya menunjukkan sebuah
himpunan dengan tiga anggotanya.
Contoh himpunan
tiga buah mangga. Untuk menanamkan pengertian 3 diberikan 3 contoh himpunan
mangga. Tiga mangga sama dengan 3 mangga.[3]
B. Alat-Alat Mengajar
Jerome Bruner
membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya.
a. alat untuk menyampaikan pengalaman
“vicarious”. Yaitu menyajikan bahan-bahan kepada murid-murid yang sedianya
tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah.
Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dll.
b. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur
atau prinsip suatu gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi
juga eksperimen atau demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah
untuk memahami suatu prinsip atau struktur pokok.
c. Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu
peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk
hidup, untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala.
d. Alat automatisasi seperti “teaching
machine” atau pelajaran
berprograma, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan
memberi ballikan atau feedback tentang responds murid.[4]
C. Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah
Dasar
Penerapan teori
belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:
- Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran.
- Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?
- Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?
- Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. (Anita W,1995 dalam Paulina panen, 2003 3.16)
Berikut ini disajikan contoh penerapan teori belajar
Bruner dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar.
1. Pembelajaran menemukan rumus
luas daerah persegi panjang?
Untuk tahap contoh
berikan bangun persegi dengan berbagai ukuran, sedangkan bukan contohnya
berikan bentuk-bentuk bangun datar lainnya seperti, persegipanjang, jajar
genjang, trapesium, segitiga, segi lima,
segi enam, lingkaran.
a. Tahap
Enaktif.
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui
tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik)objek.
(a)
Untuk gambar a ukurannya: Panjang = 20 satuan , Lebar = 1
satuan
b ukurannya: Panjang = 10 satuan , Lebar = 2
satuan
c ukurannya: Panjang = 5 satuan , Lebar = 4 satuan
b. Tahap
Ikonik
Dalam tahap
ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana
pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang
dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari
objek-objek yang dimanipulasinya.
Penyajian pada tahap ini apat diberikan gambar-gambar dan Anda dapat berikan
sebagai berikut.
c.
Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik,
anak memanipulasi Simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
Siswa diminta untuk mngeneralisasikan untuk menenukan
rumus luas daerah persegi panjang. Jika simbolis ukuran panjang p, ukuran lebarnya l , dan luas daerah persegi panjang L
maka jawaban
yang diharapkan L = p x
l satuan
Jadi luas
persegi panjang adalah ukuran panjang dikali dengan ukuran lebar.
Penerapan teori
belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:
1.
Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang
anda ajarkan.
2.
Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara
konsep-konsep.
3.
Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk
mencari jawabannya sendiri.
4.
Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan
pendapat berdasarkan intuisinya.Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa,
kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu
si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.
5.
Tidak semua materi yang ada dalam matematika sekoah
dasar dapat dilakukan dengan metode penemuan.
BAB
III
ANALISIS
Bruner menjadi sangat terkenal karena dia lebih peduli
terhadap proses belajar daripada hasil belajar,metode yang digunakannya adalah
metode Penemuan (discovery learning).Discovery learning dari Bruner
merupakan model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan pada pandangan
kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivitas.
Dalam Teori Bruner dengan metode Penemuan (discovery
learning), kekurangannya tidak bisa digunakan pada semua materi dalam
matematika hanya beberapa materi saja yang dapat digunakan dengan metode
penemuan.
Teori belajar
matematika menurut J.S. Bruner tidak jauh berbeda dengan teori J. Piaget.
Menurut teori J.S. Bruner langkah yang paling baik belajar matematika adalah
dengan melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar
konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan
representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara pelajaran
yang lalu dengan yang dipelajari harus ada kaitannya
Menurut Bruner, agar proses mempelajari sesuatu
pengetahuan atau kemampuan berlangsung secara optimal, dalam arti pengetahuan
taua kemampuan dapat diinternalisasi dalam struktur kognitif orang yang
bersangkutan.Kemampuan tersebut dibagi dalam 3 tahap yaitu, tahap enaktif,
tahap ikonik, dan tahap simbolik.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyati, Psikologi Belajar, Yogyakarta: C.V. Andi Offset. 2005
Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar,
Jakarta: Bumi Aksara. 2000
Simanjutak, Lisnawaty, Metode Mengajar Matematika, Jakarta: PT
Rineka Cipta. 1993
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan Landasan
Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta. 1998
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2006
www.manmodelgorontalo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar